4 my nation

4 my nation

Kamis, 27 Oktober 2011

Makalah: ZAMAN KEEMASAN DINASTI TURKI USMANI PADA MASA SULAIMAN 1 (1520 – 1566)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula bodoh, terbelakang, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa – bangsa lain, menjadi bangsa yang lebih maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini. Setelah Khalifah Abbasiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan Politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaan tercabik – cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun kemalangan tidak hanya disitu saja, sisa – sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan ini dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut menghancurkan pusat–pusat kekuasaan Islam yang ada di wilayah lain. Keadaan Politik umat Islam yang sedang mengelami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan baru. Turki Usmani adalah salah satu pertama yang berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Dibawah pemerintahan Usman 1, Turki Usmani berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia menyerang daerah perbatasaan Bizantium dan meneklukan kota Broessa tahun 1317 M. Begitu pula ketika Turki usmani berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Al–Fath yang dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukan Konstantinofel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstantinofel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, maka lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa. Akan tetapi ketika Sultan Salim 1 naik tahta, Ia mengalihkan perhatian ke arah Timur dengan menaklukan Persia, Syria, dan Dinasti Nomalik di Mesir. Usaha Sultan salim 1 ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al–Quruni (1520–1566 M). Sultan Sulaiman berhasil menundukan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budhapest, dan Yaman. Dengan demikian luas wilayah Turki Usmani pun meliputi Asia kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan Rumania di Eropa. Berdasarkan latar belakang diatas, membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh begaimana Zaman keemasan Turki Usmani di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman. Adapun judul makalah yang diambil adalah sebagai berikut : “ZAMAN KEEMASAN DINASTI TURKI USMANI PADA MASA SULAIMAN 1 (1520 – 1566)”. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka untuk lebih memfokuskan pembahasan, penulis membuat rumusan masalah yang dibatasi dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut : 1) Bagaimana latar belakang munculnya Dinasti Turki Usmani ? 2) Bagaimana perkembangan Dinasti Turki Usmani pada zaman keemasan ? 3) Mengapa Dinasti Turki Usmani mengalami kemunduran ? I.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui gambaran mengenai latar belakang munculnya Dinasti Turki Usmani. 2) Untuk mengetahui gambaran mngenai perkembangan Dinasti Turki Usmani pada zaman keemasan. 3) Untuk mengetahui gambaran mengenai penyebab Dinasti Turki Usmani mengalami kemunduran. I.4 Metode Penulisan dan Teknik penulisan Metode yang digunakan untuk penulisan makalah ini, adalah menggunkan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan menjelaskan dan menganalisis data–data yang diperoleh. Teknik yang digunakan untuk menyususn makalah ini yaitu menggunakan studi literatur, yaitu penulis menggunakan beberapa buku dan sumber–sumber literatur yang relevan dengan topik yang dikaji. I.5 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang acuan dalam melaksanakan penelitian di dalamnya diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan teknik penulisan, serta sistematika makalah. BAB II PEMBAHASAN Bab ini merupakan pemaparan atau pembahasan terhadap aspek–aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah sebagai bahan kajian. Bab ini terbagi menjadi tiga sub bab yaitu latar belakang munculnya Dinasti Turki Usmani, perkembangan Dinasti Turki Usmani pada zaman keemasan, dan penyebab kemunduran kerjaan Turki Usmani. BAB III KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan yang penulis kemukakan berkenaan dengan topik yang dikaji pada bab sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar Beakang Munculnya Dinasti Turki Usmani Kerajaan Usmani berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, di utara laut Kaspia. Mereka termasuk suku Kayi, salah satu dari suku di Turki Barat yang terancam serbuan bangsa Mongol yang berusaha menyerang Turkistan dan Iran pada abad ke–13. suku Kayi saat itu dipimpin Sulaiman Syah yang meminta perlindungan kepada Jalaludin Mungubirti bi Khawarizmi, Sulaiman Syah yang menguasai Transsoksania yang akhirnya juga kalah oleh bangsa Mongol. Jalaludin menunjukannya jalan ke barat laut Armenia, dan pemimpin suku kayi itu mengarahkan anggotanya ke Kurdistan dan ke Azerbaijan di perbatasan Asia kecil. Di sana mereka menetap dan mendapatkan wilayah padang rumput luas yang subur serta kaya air. Sulaiaman kemudian berusaha memasuki wilayah Syam (Suriah) setelah merasa aman dari ancaman bangsa Mongol. Namun, terjadi banjir secara tiba–tiba dan menenggelamkannya ketika ia menyebrang sungai Eufrat, dekat kota Allepo pada tahun 1228. kawanan pengembara itu lalu terpecah menjadi dua kelompok, mereka yang ingin kembali ke daerah asalnya dan mereka yang mengangkat Artogrol menjadi pemimpin mereka. Artogrol beserta rombongan mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti Seljuk Rum yang berpusat di Konya (Iconium), yang sedang berperang menghadapi kekaisaran Romawi Timur (Bizantium). Dengan bantuan Artogrol pasukan Alauddin mendapat kemenangan. Kemudian, Sultan Alauddin memberikan wilayah perbatasan dengan binzantium di Asia kecil kepada Artogrol sebagai sebuah hadiah. Ketika Artogrol meninggal pada 1280 digantikan oleh putranya yaitu Usman sebagai pemimpin suku bangsa itu atas persetujuan Sultan Alauddin II, ia memindahkan ibukotanya ke Melangenon. Kepemimpinan Usman menimbulkan rasa simpati dari Sultan Alauddin II diantaranya Sultan memberinya hak–hak istimewa, memberikan wilayah yang ditaklukan dari wilayah bizantium, diperkenankan untuk mencetak uang sendiri, namanya disebut dalam khotbah jumat dan diberi gelar “Bey”. Dari Usman inilah diambil nama bagi kerajaan Usmani. Selain itu, munculnya Dinasti Turki Usmani akibat runtuhnya Dinasti Seljuk Rum yakni pada tahun 1299, bangsa Mongol yang telah menghancurkan Bagdhad, ibu kota kekhalifahan Abbasyiah, pada tahun 1258 dipimpin oleh Ghazan Khan menyerang wilayah Seljuk Rum. Sultan merasa takut dan meminta bantuan ke Bizantium, tetapi tidak dihiraukan dan akhirnya mati terbunuh dalam peperangan melawan Mongol. Kekosongan kepemimpinan di wilayah Seljuk Rum dimanfaatkan oleh Usman untuk memerdekakan diri, bahkan wilayah Seljuk Rum menjadi miliknya dengan berbaiatnya para penguasa Seljuk kepadanya. Rakyat yang terdiri dari berbagai kelompok membaiatnya dan memohon perlindungan kepadanya, hal ini terjadi pada tahun 1300. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Usmani dan Usman sebagai pemimpin dengan gelar Padisha Alu Usman (Raja Kelauarga Usman). Ibu kota kekuasaan kerajaan Usmani pertama kali ialah Qurah Hisyar, sebuah kota Bizantium yang ditaklukan oleh pasukan Usmani. 2.2 Zaman Keemasan Turki Usmani pada Masa Sulaiman I Zaman keemasan kerajaan Usmani terjadi pada masa Sultan Sulaiman I yang bergelar The Graet, The Magnificient, Al -Qanuni (Karena bangsa yang meletakkan dasar hukum bagi Dinasti Usmani dan yang paling lama memerintah (1520–1566) peletak UU. Meskipun demikian, proses menuju keemasan sudah dimulai sejak seabad sebelumnya dengan ditaklukannya wilayah–wilayah di daratan Eropa termasuk jatuhnya Konstantinofel oleh Sultan Muhammad II Al–Fath pada tahun 1453. Kerajaan Usmani juga melebarkan sayapnya ke Afrika Utara menaklukan Mesir pada masa pemerintahan Sultan Salim I tahun 1517. Penaklukan-penaklukan selanjutnya dilakukan oleh Sultan Sulaiman I baik didaratan Eropa, Asia dan Afrika Utara. Wilayah Turki Usmani pada saat itu mencapai puncak kejayaannya meliputi hamparan daratan dan lautan yang luas dan merupakan negara adidaya atau superpower yang tidak ada tandingannya di dunia. Zaman keemasan ini ditandai dengan ucapan Sulatan Sulaiman : “Saya Sultan dari segala Sultan, Raja dari semua Raja, pemberi mahkota kepada Raja–Raja di muka bumi, bayang–bayang Allah dimuka bumi, Sulatan dan Raja laut putih (sebutan untuk Laut Tengah) dan laut Hitam. Raja Rumelia, Anatolia, Kirman, Romawi, Zulkadria, Diyabakr, Kurdistan, Azerbaijan, Persia, Damaskus, Halb (Allepo), Cairo, Mekkah, Madinah, Yerusalem, Yaman. Seluruh negeri Arab dan Negeri–negeri lainnya. Semua itu adalah hasil penaklukan ayah–ayahku dan kakek–kakekku yang mulia. Semoga Allah menerangi makam mereka. Sayalah Sultan Sulaiman Khan. Putra Sultan Salim Khan, Putra Sultan bayazid Khan”. Kemajuan dan kejayaan Dinasti Usmani meliputi berbagai bidang antara lain Wilayahnya yang luas meliputi daratan Eropa, Asia, dan Afrika yang disertai dengan kemajuan militer yang bertumpu pada pasukan Jannisary dan Taujiyah dan angkatan lautnya yang tangguh. Kemudian kemajuan dalam bidang ekonomi, perdagangan, hasil pajak dan perannya sebagai negara penghubung antara negara timur dan barat. Kemajuan tersebut ditunjang oleh kesadaran masyarakat yang rela mengeluarkan harta wakaf bagi kepentingan agama dan umum. Dilain pihak, Sultan Sulaiman sendiri bertindak adil dan bijaksana, misalnya dalam hal toleransi beragama sehingga masyarakat merasa tentram. Segala tindakan masyarakat diatur oleh undang – undang sehingga ia diberi gelar Al-Qanuni. UU tersebut di tulis oleh Ibrahim Al–Halabi yang bernama UU Al – Mutaqa Al – Abhur yang berarti pertemuan laut–laut. Sultan Sulaiman adalah seorang yang berperadaban tinggi dan mampu membuat syair yang indah dalam bahasa Persia. Ia juga seorang saleh dan Zuhud serta pernah menulis Al–Qur’an sebanyak 8 jilid dengan tangannya sendiri yang tersimpan di dekat makamnya di Kontantinofel. Dinasti Usmani mencapai peradaban tinggi karena kepandaian masyarakatnya yang adaptif terhadap kemajuan di sekitarnya. Usmani banyak mengikuti etika dan protokoler istana raja–raja Persia karena adanya hubungan historis yang melatar belakangi kehidupan Usmani sebelum dan sesudah pindah ke Asia Barat. Usmani banyak meniru sistem organisasi tentara dan pemerintahan Bizantium yang dinilainya lebih maju dahulu. Usmani juga meneliti dan mengembangkan Ilmu Ekonomi, Sosial, Kemasyarakatan, Hukum dan Huruf dari budaya Arab melalui ajaran Islam yang mereka peluk. Dinasti Usmani tidak banyak mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Bidang militer menjadi tulang punggung kemajuan wilayah dan berjasa dalam mengembangkan Islam di Eropa secara politik. Diasti Usmani sangat maju dalam bidang bangunan fisik dan arsitektur dengan corak warna tersendiri. Mesjid–mesjid dibangun dengan indah seperti Mesjid Al–Mahammadi, mesjid Agung Sulaiman yang kemegahannya mengungguli mesjid–mesjid di sekitarnya. Mesjid Abu Ayub Al–Asari, Mesjid Aya Sofia yang pada awalnya merupakan gereja yang direnofasi menjadi mesjid. Mesjid Bizantum yang mewah dan bergaya Persia. Mesjid–mesjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Selain itu, banyak juga dibangun mesjid, madrasah, rumah sakit, gedung–gedung, jembatan, saluran air, tempat peristirahatan, makam dan pemandian umum yang di koordinasi oleh Sinan Pasya seorang arsitek terkenal pada masa itu. Masyarakat Usmani juga mengalami kemajuan dalam bidang agama. Mereka sangat menghargai ajaran–ajaran agama sehingga fatwa ulama menjadi acuan tindakan mereka. Seorang Mufti (Pemberi Fatwa) mempunyai kedudukan penting dalam memberikan keputusan–keputusan hukum. Tarekat Mualawiah dan Bektasyi juga mengalami kemajuan pada masa itu. Tarekat itu baru surut karena masalah politik. Kajian ilmu Agama Islam kurang berkembang karena mereka hanya terikat kepada Mazhab Hanafi dan aliran pemikiran Asy’ariyah dengan membatasi perkembangan Mazhab dan aliran lain. Bahkan Sultan Mahmud II memerintahkan Syekh Husein Al–Jisri untuk menulis kitab yang bernama Al-Husun Al– Hammidiyah sebagai benteng untuk melindungi ajaran alirannya. 2.3 Penyebab Kemunduran Dinasti Turki Usmani Setelah mengalami puncak kejayaan pada masa Sulaiman I (1520–1566), Dinasti Turki Usmani berangsur–angsur mengalami kemunduran. Penyebab kemunduran Dinasti Turki Usmani , diantaranya : 1) Pengangkatan Pegawai berdasarkan Kesenangan Sultan Pada mulanya yang diangkat sebagai pegawai pemerintah ialah mereka yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan. Tetapi selanjutnya pengangkatan pegawai tersebut didasarkan atas kesenangan para Sultan. Kebiasaan ini mulai berlaku pada masa pemerintahan Sulaiman I, sejak saat itu semakin banyak orang yang bukan ahlinya menjalankan tugas di bidang pemerintahan, sehingga pemerintahan Turki Usmani mengalami kemerosotan. 2) Golongan Yanisari Menjadi Penghambat Kemajuan Golongan ini besar jasanya sewaktu kerajaan giat meluaskan daerah kekuasaan melalui peperangan. Sebagai golongan yang berjasa mereka memperoleh hak istimewa dan berbagai keuntungan lainnya, sehingga banyak orang Turki yang berusaha memasukan anggota keluarganya menjadi prajurit Yanisari. Setelah kegiatan untuk meluaskan daerah kekuasaan menurun, kerajaan Turki tidak banyak melakukan peperangan. Dalam keadaan demikian golongan Yanisari tidak banyak melakukan kegiatan, tetapi mereka tetap menempati kedudukan istimewa dalam masyarakat. Mereka berusaha supaya kepentinganya tidak terganggu, untuk itu mereka jarang melakukan tindakan yang tidak terpuji, yang merugikan golongan lain dalam masyarakat. Mereka curiga terhadap usaha pembaharuan karena khawatir kedudukannya terancam. Mereka menentang setiap uasaha pembaharuan, sehingga golongan ini menjadi penghambat kemajuan. 3) Pengaruhnya para alim ulama yang berpandangan kolot Dalam kerajaan berlaku hukum yang berlandaskan ajaran Islam, sehingga para alim ulama Islam merupakan golongan yang sangat besar pengaruhnya baik dalam kehidupan masyarakat maupun pemerintahan. Tapi golongan alim ulama tersebut umumnya bersikap kolot dan berpandangan pluk, sehingga menghambat kemajuan. Pandangan ulama tertinggi Islam dalam masyarakat atau kerajaan, yang dikenal dengan julukan “Syekh–Ul–Islam” berkedudukan di Istambul, mengikat tindakan pemerintah. Tapi para pemegang kekuasaan biasa memanfaatkan pandangan Syekh–UI–Islam untuk memperkuat kedudukannya dalam menghadapi rakyat. Tidak jarang tindakan para pemegang kekuasaan tersebut bersifat menekan rakyat. Para alim ulama yang bersikap kolot tersebut cenderung membatasi kebebasan berfikir, sehingga dalam kerajaan berlangsung intelektual Stagnation. Apa yang terjadi dikalangan rakyat Turki yang beragama Islam, juga dialami oleh rakyat Turki yang menganut Nasrani dan Yahudi. Kehidupan rohani mereka juga terkukung oleh para pendeta atau para ahli agama yang mereka anut. 4) Semakin berkembangnya “Capitulation” Di daerah Turki Usmani terdapat beberapa orang asing barat yang menetap selama beberapa waktu untuk sesuatu urusan, terutama perniagaan. Pada masa Sulaiman I, tahun 1535 kepada orang barat yaitu Prancis yang menetap di daerah dinasti Turki diberi kelonggaran untuk hidup di bawah hukum negara asalnya. Langkah yang ditempuh Sulaiman I itu tumbuh menjadi suatu pranata sosial atau instution yang disebut capitulation. Sulaiman I melakukan tindakan demikian berdasarkan persetujuan dengan raja prancis, yakni Franas I, untuk memepererat hubungan Prancis dengan Turki dalam menghadapi musuh bersama yaitu Kaisar Charles V habsburg. Dalam perkembangan kemudian, pranata sosial capitulation tidak hanya barlaku bagi bangsa Prancis tapi juga bagi bangsa–bangsa barat lainnya. Dalam rangka capitulation, orang–orang barat memiliki semacam hak–hak istimewa yaitu tidak tunduk dibawah hukum Turki Usmaniah. Sewaktu kekuasaan para Sultan masih kuat, capitulation berjalan dalam batas–batas yang wajar. Tapi setelah kekuasaan dan kewibawaan Dinasti Turki Usmani merosot, pranata sosial tersebut mengganggu keutuhan kedaulatan Turki. Melalui capitulation, kekuatan orang–orang barat berusaha mempertahankan kepentinganya, kegiatan yang mereka lakukan tak jarang merugikan kerajaan, yang akhirnya membawa kerajaan tersebut kepada kemunduran. 5) Persengkongkolan–persengkongkolan Dalam Harem Lingkungan istana terdapat golongan wanita diantaranya para istri Sultan. Mereka hidup dalam lingkungan harem, kaum pria yang ditugaskan di sana terdiri dari orang – orang kebiri (Eunuch). Anak–anak Sultan baik yang lelaki maupun yang perempuan, umumnya dibesarkan dalam lingkungan harem. Kehidupan kaum wanita dalam lingkungan harem tidak lepas dari suasana persaingan, terutama antara para istri Sultan antara yang satu dengan yang lain berusaha memperebutkan kedudukan yang terkemuka. Masing–masing istri berambisi supaya anaknya kelak menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan. Dalam hubungan ini terjdilah persengkongkolan–persengkongkolan dalam harem. Masing–masing kelompok berusaha mencari dukungan dari pihak–pihak yang memegang kekuasaan di luar harem. Dalam keadaan demikian tindakan Sultan atau pembesar pemeritahan lainnya dikendalikan oleh wanita–wanita dalam harem sehingga kegiatan pemerintahan tidak lagi tertuju kepada kepentingan negara dan rakyat. 6) Perubahan jalan dagang international melalui ujung Afrika Selatan Faktor lainnya yang telah membawa Dinasti Turki Usmani kepada kemunduran yaitu faktor ekstern, ialah perubahan jalan dagang yang menghubungkan Timur-Barat. Pada mulanya jalan dagang tersebut melalui Asia Barat Daya dan Mesir, setelah ujung Afrika Selatan ditemukan oleh Bartholomus Diaz pada tahun 1486, maka barang perdagangan dari dunia timur mengalir ke barat melalui Afrika Selatan. BAB III KESIMPULAN Kerajaan Usmani berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, di utara laut Kaspia. Mereka termasuk suku Kayi, salah satu dari suku di Turki Barat yang terancam serbuan bangsa Mongol yang berusaha menyerang Turkistan dan Iran pada abad ke–13. suku Kayi saat itu dipimpin Sulaiman Syah yang meminta perlindungan kepada Jalaludin Mungubirti bi Khawarizmi, Sulaiman Syah yang menguasai Transsoksania yang akhirnya juga kalah oleh bangsa Mongol. Jalaludin menunjukannya jalan ke barat laut Armenia, dan pemimpin suku kayi itu mengarahkan anggotanya ke Kurdistan dan ke Azerbaijan di perbatasan Asia kecil. Di sana mereka menetap dan mendapatkan wilayah padang rumput luas yang subur serta kaya air. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Usmani dan Usman sebagai pemimpin dengan gelar Padisha Alu Usman (Raja Kelauarga Usman). Ibu kota kekuasaan kerajaan Usmani pertama kali ialah Qurah Hisyar, sebuah kota Bizantium yang ditaklukan oleh pasukan Usmani. Zaman keemasan kerajaan Usmani terjadi pada masa Sultan Sulaiman I yang bergelar The Graet, The Magnificient, Al -Qanuni (Karena bangsa yang meletakkan dasar hukum bagi Dinasti Usmani dan yang paling lama memerintah (1520–1566) peletak UU. Meskipun demikian, proses menuju keemasan sudah dimulai sejak seabad sebelumnya dengan ditaklukannya wilayah–wilayah di daratan Eropa termasuk jatuhnya Konstantinofel oleh Sultan Muhammad II Al–Fath pada tahun 1453. Kerajaan Usmani juga melebarkan sayapnya ke Afrika Utara menaklukan Mesir pada masa pemerintahan Sultan Salim I tahun 1517. Penaklukan-penaklukan selanjutnya dilakukan oleh Sultan Sulaiman I baik didaratan Eropa, Asia dan Afrika Utara. Wilayah Turki Usmani pada saat itu mencapai puncak kejayaannya meliputi hamparan daratan dan lautan yang luas dan merupakan negara adidaya atau superpower yang tidak ada tandingannya di dunia. Penyebab kemunduran Dinasti Turki Usmani , diantaranya adalah Pengangkatan Pegawai berdasarkan Kesenangan Sultan, Golongan Yanisari Menjadi Penghambat Kemajuan, Pengaruhnya para alim ulama yang berpandangan kolot, Semakin berkembangnya “Capitulation, Persengkongkolan–persengkongkolan Dalam Harem dan Perubahan jalan dagang international melalui ujung Afrika Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar