4 my nation
Kamis, 27 Oktober 2011
Makalah: “Kependudukan dan Ketenagakerjaan (Studi Kasus Mangenai Penyebab Timbulnya Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka)”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pola pembangunan bangsa Indonesia saat ini memerlukan penanganan yang serius terutama bidang politik, ekonomi, kesejahteraan dan pendidikan. Di tengah memburuknya situasi politik yang semakin tidak menentu, ekonomi pun ikut terpuruk sehingga mengakibatkan kesejahteraan masyarakat menurun. Bahkan bidang pendidikan lebih parah lagi. Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara umum jauh dari yang diharapkan. Pembangunan yang seharusnya dilakukan pembangunan yang terpusat pada manusia dan masyarakat Indonesia dengan sasaran utama pada peningkatan SDM sehingga mampu berperan serta secara aktif dalam pembangunan, mandiri dan mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan serta permasalahan yang muncul dari dalam dan luar negeri.
Tempat yang terbaik untuk membangun bangsa sendiri adalah masyarakat bukan menggantungkan diri kepada pemerintah. Tugas pemerintah adalah bagaimana membina masyarakat berperan aktif dalam pembangunan. Bentuk pembinaan tersebut dapat ditempuh dengan jalur pendidikan karena walau bagaimanapun pendidikan tetap merupakan modal dasar keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan.
Namun, di tengah memburuknya kualitas sumber daya manusia di Indonesia, timbul pula beberapa faktor yang menghambat dalam proses pendidikan yaitu kemiskinan dan pengangguran. Pengangguran nampaknya menjadi ancaman yang serius bagi pola pembangunan Indonesia. Pengangguran ini dapat mengakibatkan terputusnya pendidikan dan kemiskinan yang semakin meningkat. Dengan semakin merebaknya budaya penganggur maka secara langsung akan dirasakan akibatnya dapa masalah sosial di masyarakat. Pengangguran adalah masalah sosial yang mendasar. Apalagi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini telah membuat pengangguran semakin merebak. Fenomena penganguran terjadi pula di Desa palabuan, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.
Masalah pengangguran ini bukanlah semata-mata masalah si penganggur itu sendiri tetapi juga masalah masyarakat, dan masalah negara atau bangsa itu sendiri. Bagi bangsa kita, atau bagi masyarakat kita yang ber-Pancasila, masalah ini juga menyangkut masalah perikemanusiaan. Jadi, untuk penanggulangannya pun di samping melakui teknik yang serba modern, harus pula secara manusiawi. Karena masalah sudah menyangkut berbagai aspek kehidupan.
Berdasarkan masalah di atas penulis mencoba untuk mengkajinya dengan judul Makalah: “Kependudukan dan Ketenagakerjaan (Studi Kasus Mangenai Penyebab Timbulnya Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka)”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi timbulnya pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka?
3. Bagaimana hambatan dan solusi untuk menanggulangi masalah pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka?
1.3 Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti yaitu pendekatan multi aspek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bodan dan Taylor (dalam Moleong, 1996:3), ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dimaksudkan untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan yang terjadi di lapangan bagaimana adanya. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif akan lebih luas dan mendalam mengungkapkan masalah pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi langsung, wawancara, angket, analisis data dan studi literatur yang disesuaikan dengan masalah yang sedang diteliti.
1.4 Sistematika Makalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
Latar Belakang Timbulnya Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Hambatan dan Solusi Untuk Menanggulangi Masalah Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Deskripsi Angket
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Dalam arti luas, penduduka atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya (Ruslan H. Prawiro, 1981:3).
Teori penduduk modern, diantaranya:
1. Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
2. Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
3. pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh tanah.
4. Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak.
Pertumbunhan penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah peristiwa berubahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan migrasi neto. Pertambahan alami (natural increase) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett migration) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran dan jumlah emigran.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya problem kependudukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, antara lain:
1. Kemajuan IPTEK.
2. Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
3. Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.
4. Keamanan dan kestabilan negara terutama setelah pemerintahan Orde Baru dengan titik perhatian utama kepada usaha di bidang pembangunan telah membawa pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
Dari hal tersebut di atas, akan membawa akibat timbulnya masalah-masalah kependudukan yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu masalah kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Masalah kepenududukan yang bersifat kuantitatif diantaranya:
1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
2. Penyebaran penduduk yang tidak merata.
3. Komposisi penduduk yang tidak merata.
Masalah kependudukan yang bersifat kualitatif diantaranya:
1. Kebutuhan akan pangan
2. Pendidikan penduduk
3. Pelayanan kesehatan
4. Perumahan
5. Pendapatan per-kapita
6. Kelestarian lingkungan
7. SDA
8. Tenaga kerja
Secara garis besar penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi dua golongan (Dumariry, 1985:7), yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batas usia kerja yang ditetapkan di Indonesia minimal usia 10 tahun, tanpa batas umur maksimal. Jadi, setiap penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Pengertian tenaga kerja menurut dipilih ke dalam dua keterangan yaitu engkatan kerja (labour fource) dan bukan angkatan kerja.
1. Angkatan kerja; tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja; tenaga kerja/penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karier), serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atau jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat yang dependen).
Dalam Dumairy (1985:75), angkatan kerja dibedakan menjadi 2 sub kelompok, yaitu pekerja dan penganggur.
1. Pekerja; orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan.
2. Penganggur; orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan.
Menurut kategori pengangguran dapat dibagi menjadi dua (Tajul Khalawaty, 2000:87) yaitu pengangguran terbuka (open unemployment) dan pengangguran terselubung (disguised unemployment)
Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah penduduk yang terdiri dari:
1. Belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
2. Sudah pernah bekerja, tetapi karena suatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, dan
3. Dibebastugaskan, baik akan dipekerjakan lagi kemudian hari atau tidak, tetapi sedang berusaha untuk mendapat pekerjaan.
Sedangkan pengangguran terselubung (disguised unemployment) berdasarkan pada ukuran jam kerjanya terdiri dari:
1. Setengah menganggur kentara, yaitu orang yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah jumlah jam kerja normal.
2. Setengah menganggur tidak kentara, yaitu orang yang bekerja memenuhi jkam kerja normal, namun ia bekerja pada posisi atau jabatan yang sebenarnya membutuhkan kualifikasi atau kapasitas di bawah yang dimilikinya.
3. Setengah menganggur potensial, yaitu orang yang bekerja memenuhi jam kerja normal dengan kapasitas atau kualifikasi kerja normal, namun menghasilkan output yang rendah yang disebabkan oleh faktor-faktor organisasi, teknis, dan ketidakcukupan lain pada tempat atau perusahaan di tempat ia bekerja.
Ditinjau dari struktur kependudukan, serta hubungannya dengan permasalahan ketenagakerjaan, maka penduduk terdiri dari: usia kerja dan kerja, menurut Labour Force Concept, adalah mereka atau orang-orang yang berusia 10-64 tahun. Jadi, yang dimaksud dengan di luar usia kerja ialah orang-orang yang berusia antara: 0-9 tahun dan 65 tahun ke atas. Selanjutnya yang usia kerja terdiri pula dari unsur angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, ialah mereka yang berusia 10 tahun ke atas, yang masih bersekolah, yang mengurus rumah tangga, adalah tidak termasuk sebagai angkatan kerja (Yayasan Kesejahteraan Pemuda “66”;1989:198).
Pengertian bekerja (YKKP”66”,1980:203) yaitu:
a. Makna bekerja ditinjau dari segi perorangan adalah gerak daripada badan dan pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah maupun rohaniah.
b. Makna bekerja dari segi kemasyarakatan ialah melaksanakan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
c. Makna bekerja ditinjau dari segi spiritual/Ketuhanan adalah merupakan hak dan kewajiban manusia dalam memuliakan dan mengabdikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Dalam UUD 1945, dikatakan bahwa mendapatkan pekerjaan adalah merupakan hak-hak setiap warga negara.
Ada beberapa jenis dan istilah pengangguran atau tuna karya, (YKKP “66”, 1980:206-207) yaitu:
1. Pengangguran murni, ialah seseorang yang termasuk angkatan kerja/usia kerja, dan atau merupakan tenaga kerja serta membutuhkan dan mau bekerja, akan tetapi benar-benar tidak ada kesempatan atau tidak ada lowongan.
2. Pencari kerja
a. Pencari kerja untuk pertama kali, yaitu seseorang yang belum pernah bekerja, dan baru pertama kali mencari pekerjaan.
b. Pencari kerja untuk beberapa kali, yaitu seseorang yang pernah bekerja tetapi terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan terpaksa harus mencari pekerjaan.
c. Mencari kerja walaupun sudah bekerja, yaitu seseorang yang telah mempunyai pekerjaan tetap, akan tetapi karena merasa tidak puas dengan pekerjaan yang ada maka ia berusaha mendapatkan pekerjaan lain yang lebih besar penghasilannya.
3. Penganggur musiman, ialah para pekerja atau tenaga kerja yang mana bekerjanya sangat bergantung kepada faktor musim.
4. Penganggur terselubung, yaitu para anak-anak sekolah terutama yang berusia 10-14 tahun ke atas, disamping itu para ibu rumah tangga yang kerjanya hanya mengurus rumah tangga sendiri.
Sebab-sebab terjadinya pengangguran bisa disebabkan sebagai berikut:
1. Angkatan kerja yang terus-menerus meningkat jumlahnya dan pertambahan kesempatan kerja tidak seimbang dengan pertambahan angkatan kerja.
2. Angakatn kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi persyarakat-persyarakat yang diminta oleh dunia kerja atau tidak mempunyai keahlian yang dibutuhkan untuk lowongan kerja tersebut.
Komaruddin (1980:43), berpendapat bahwa pengangguran terjadi disebabkan antara laian oleh kurangnya kelengkapan kapital, tanah atau inisiatif para pengusaha. Sehingga terjadilah pengangguran struktural umum yakni suatu jumlah pekerja yang berlebihan.
Dewasa ini semakin banyak orang yang berpendidikan tinggi semakin sulit mencari pekerjaan. Bahkan banyak orang yang bergelar S1 banyak yang menganggur. Harnes-Sabot (Papanek, 1978:160) berpendapat bahwa kemungkinan besar sekali orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih lama menganggur sambil mencari pekerjaan dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah yaitu:
1. Orang yang lebih terpelajar menghadapi kemungkinan tawaran upah yang lebih luas, sihingga keuntungan yang mungkin diperoleh dengan masa pencarian uang lebih lama akan lebih besar.
2. Kaitan empiris anatara pendapat keluarga dan status ekonomi serta pendidikan memungkinkan orang yang berpendidikan dapat membiayai kebutuhan-kebutuhan pokok selama masa pencarian yang agak panjang.
Menurut Paul A. Samuelson dan William D Nordhaus (diterjemahkan Jaka Wasana, 1994:268) mengungkapkan dua dampak pengangguran, yaitu:
1. Dampak ekonomi, jumlah pengangguran yang tinggi menyertai besarnya jumlah output yang tidak diproduksi, sama halnya dengan sejumlah mobil, makanan dan perumahan.
2. Dampak sosial, jumlah pengangguran yang tinggi akan menimbulkan penderitaan batin, sosial, dan psikologis.
Beberapa usaha untuk menekan tingkat pengangguran, antara lain:
1. Perbaiki tanggal pasar tenaga kerja; apabila terdapat sistem informasi yang lebih baik, maka jumlah penganggguran friksional dan struktural bisa dikurangi.
2. Sediakan program latihan; seringkali pekerja tidak memperoleh latihan yang cukup untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
3. Perluasan segi pandangan pemerintah, pakar ekonomo Martin Feldstei dari Harvard, merasa bahwa dengan tidak melindungi para pekerja dan kekejaman pengangguran atau kemiskinan, kta secara sadar telah menaikkan pengangguran.
4. Ciptakan pekerja-pekerja umum, pemerintah agar menciptakan pekerjaan-pekerjaan yang tergolong proyek padat karya.
BAB III
PEMBAHASAN
Latar Belakang Timbulnya Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Masalah pengangguran atau tuna karya bukanlah masalah yang mudah, dan tidak hanya terdapat di negara kita saja. Akan tetapi, merupakan suatu masalah umat manusia yang sangat serius dan terdapat pula dimana-mana, baik di sebagian negara yang telah maju, maupun di sebagian negara-negara yang baru berkembang. Bila kita mengkaji secara keseluruhan, masalah pengangguran ini sebenarnya bukanlah suatu masalah yang berdiri sendiri. Masalah utamanya yang tidak dapat dipungkiri adalah sebagai salah satu akibat dari pada ledakan penduduk yang besar, tentu memerlukan pula suatu kebutuhan yang besar pula. Untuk dapat memenuhi kebutuhan yang besar iru, tentu memerlukan kesempatan kerja pula. Oleh karena itu, dari ledakan penduduk yang besar, akan menambah angkatan kerja dan tenaga kerja yang besar pula.
Tipe pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka yaitu pengangguran pencari kerja beberapa kali, yakni pengangguran karena sesuatu hal misalnya terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK maka untuk menyambung hidupnya terpaksa harus mencari pekerja. Hal ini dapat dilihat dari tabel 7, menunjukan pengangguran pencari kerja beberapa kali sebesar 46,67%. Sehingga dapat diidentifikasi latar belakang timbulnya pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka yakni disebabkan beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor Pendidikan
Pengaruh pendidikan terhadap kesempatan kerja dapat diketahui bahwa lapangan kerja pada umumnya memerlukan tenaga kerja yang terampil di bidangnya baik itu bidang pertanian, industri ataupun lapangan kerja bidang jasa lainnya. Untuk dapat bekerja pada lapangan kerja tersebut haruslah memiliki keterampilan tersendiri, baik yang diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Bahkan tidak jarang diperlukan pula faktor pengalaman kerja.
Bertolak dari persyaratan pendidikan inilah sehingga banyak para angakatan kerja tidak memperoleh kesempatan kerja karena tidak memilki persyaratan latar belakang pendidikan akibatnya menjadi penganggur. Jika dilihat dari data pendidikan terakhir yang terdapat dalam tabel 1, ditunjukan mayoritas pendidikan terakhir di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka yaitu SMA sebesar 65%. Sehingga banyak para angkatan kerja yang tidak memperoleh kesempatan kerja dikarenakan faktor pendidikan tersebut. Lulusan Sekolah Menengah Atas ternyata belum cukup mampu untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah pengaruh mentalitas para angkatan kerja terhadap arti pendidikan itu sendiri. Pada umumnya, para angkatan kerja dengan predikat pendidikannya selalu berkhayal dan berharap agar setelah tamat pendidikan selalu ingin menjadi pegawai atau karyawan. Sedikit sekali yang berfikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Jika setiap orang yang menuntut pendidikan bercita-cita demikian, tentu saja sedikit sekali kemungkinan lapangan kerja tercipta dan semakin sedikit pula tenaga kerja yang terserap.
b. Faktor Ekonomi
Selain faktor pensisika, terdapat faktor laian yaitu faktor ekonomi yang meliputi kesemapatn kerja. Kita ketahui lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berlatarbelakang pendidikan. Akan tetapi hal ini tidak dapat dipenuhi oleh para angkatan kerja. Di samping itu lapangan pekerjaan pun masih terlalu kecil dibandingkan dengan angkatan kerja yang ada. Sehingga tidak dapat menyerap tenaga kerja yang ada. Dewasa ini kesempatan kerja yang ada lebih banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan swasta, tentunya faktor ini cukup menghambat seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, sebagaimana kita ketahuibahwa terdapat beberapa instansi pemerintah saat ini menerima pegawai yang mana persyaratannya cukup berat bagi sebagian tenaga kerja. Misalnya, untuk menjadi pewagai negeri, dimana pemerintah mengambil kebijaksanaan pembatasan umur bagi pemegang ijazah-ijazah tertentu.
Faktor ekonomi lainnya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), praktis menyebabkan seseorang kehilangan pekerjaan. Dan selama seseorang tersebut belum mendapatkan pekerjaan baru, maka is menjadi penganggur. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja ini antara lain apabila perusahaan dimana tempat seseorang bekerja tadinya menjadi bangkrut atau pailit. Hal lainnya ialah terjadi indisipliner dari pegawai tersebut sehingga ia dipecat atau diberhentikan dari pekerjaannya. Selain itu, semenjak terjadinya krisis moneter di Indonesia tahun 1998, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan yang berdampak kepada timbulnya PHK dan meningkatnya jumlah pengangguran.
c. Faktor Psikologis
Latar belakang timbulnya pengangguran yairu oleh rasa kekecewaan yang dirasakan akibat sering mendapatkan penolakan dalam melamar pekerjaan yang berakibat timbulnya rasa malas untuk terus mau berusaha. Selain itu, adanya rasa tidak percaya diri atau minder karena pendidikan rendah, fisik yang tidak mendukung dan tidak memiliki keterampilan serta rasa gengsi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang kurang menjanjikan.
d. Faktor Lingkungan
Masalak pengangguran di daerah tersebut pun disubabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau efektif seperti tidak adanya rasa kreativitas dalam diri masyarakat. Contohnya lebih senang “nongkrong”, kumpul-kumpul dan sebagainya serta tidak adanya jiwa berwirausaha.
e. Faktor Sosial
Sistem komunikasi dan interaksi masyarakat di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka kurang maksimal. Maksudnya individu yang satu dengan yang lainnya kurang berinteraksi dan berkomunikasi dalam mencari informasi kesempatan kerja. Sehingga tidak nampak adanya kerjasama dalam memecahkan masalah pengangguran. Faktor-faktor tersebutlah yang mendorong timbulnya pengangguran yang ada di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka.
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Dampak yang ditimbulkan akibat pengangguran yaitu masalah ekonomi yang sangat sering sekali di kalangan masyarakat akibat pengangguranm ini. Hal ini menyangkut akan kebutuhan hidup dan kehidupan para penggur, contohnya akibat tidak dapat mengasilkan uang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhanhidup sehari-hari. Seringkali mereka berhutang untuk memenuhi kebutuhannya terutama bagi meraka yang sudah berkeluarga dan mereka yang belum berkeluarga merasa menjadi beban bagi keluarganya sendiri karena tidak bisa membantu perekonomian keluarga termasukmemenuhi keperluan sendiri. Dari masalah ekonomi tersebut timbul masalah-masalah baru yang berpengaruh kepada kehidupan psikologis jiwa penganggur misalnya stress, jenuh, putus asa, sampai merasa minder berada di lingkungan masyarakat. Hal-hali tersebut wajar saja dirasakan oleh para penganggur, karena mereka menganggur dalam waktu yang cukup lama dan selama menganggur tidak banyak kegiatan yang dilakukan yang dapat mendukung mereka dalam memperoleh pekerjaan. Apabila bagi mereka yang sudah berkeluarga menjadi masalah berat, seperti munculnya ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan beban berat yang dirasakan untuk membiayai kehidupan anak dan isteri yang dapat berujung kepada perceraian.
Dampak pengangguran bagi masyarakat yaitu adanya gangguan keamanan dan ketertiban bagi masyarakat. Betapa tidak, kemungkinan untuk melakukan pekerjaan apa saja di kalangan penganggur bisa saja terjasi, demi mempertahankan kehidupannya. Tidak mustahil perbuatan-perbuatan kriminologi bisa saja terjadi seperti perti pencurian, dan . Betapa tidak, kemungkinan untuk melakukan pekerjaan apa saja di kalangan penganggur bisa saja terjasi, demi mempertahankan kehidupannya. Tidak mustahil perbuatan-perbuatan kriminologi bisa saja terjadi seperti pencurian, dan kejahatan lainnya. Remaja yang outus sekolah dapat terpengaruh berbagai perbuatan yang dapat berdampak negatif seperti minum-minuman keras, berjudi dan lain sebagainya.
Dengan demikian dapatlah kita ketahi bahwa secara umum adanya pengangguran dapat mempengaruhi lajunya pembangunan baik pembangunan manusia seutuhnya termasuk material dan spiritual.
Hambatan dan Solusia untuk Menanggulangi Masalah Pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah pengangguran di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka belum membawa pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan terdapat hambatan-hambatan dalam merealisasikannya karena faktor pendidikan atau keterampilan para penganggur. Hal ini tentu saja bukanlah suatu rahasia lagi bagi kita semua. Faktor pendidikan ini bukan hanya merupakan hambatan bagi pemerintah saja, akan tetapi merupakan masalah juga bagi masyarakat, dan tuna karya itu sendiri. Merupakan hambatan karena kondisi latar belakang pendidikan yang demikian sulit sekali mengarahkan para angkatan kerja untuk terjun ke lapangan kerja tertentu. Faktor modal, merupakan suatu faktor yang tidak kalah pentingnya dengan faktor-fakto lainnya. Bagaimanapun suatu perencanaan, bagaimanapun mempunya para pelaksana, dan bagaimanapun seriusnya penganggur akan memperbaiki nasibnya, tanpa ditunjang oleh modal yang cukup sudah pasti mustahil akan berhasil usaha-usaha penanggulangannya.
Faktor pendidikan merupakan penghambat menyangkut dengan kesempatan yaitu kesempatan menikmati pendidikan bagi masyarakat sangat terbatas terutama diakibatkan oleh masalah biaya. Sebagai contoh, dapat kita ketahui bahwa kebanyakan tamatan sekolah di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka adalah SMA. Namun bukan berarti yang lulusan perguruan tinggi pun dapat mudah memperoleh kesempatan kerja yang baik. Karena dewasa ini semakin banyak orang yang berpendidikan tinggi semakin sulit juga orang mencari pekerjaan.
Hambatan yang dihadapi oleh pengaggur yaitu faktor modal. Dengan adanya modal bagi penganggur paling tidak dapat menciptakan dirinya untuk berwiraswasta. Selain itu, hambatan yang timbul dari diri penganggur yakni rasa malas. Keengganan yang lebih besar untuk mau berusha lebih keras, dan tidak memiliki kecakapan hidup (life skills), dan kurang memiliki pandangan ke depan atau kesuksesan di masa depan.
Dengan melihat penyebab timbulnya masalah pengangguran di daerah tersebut serta hambatan-hambatannya maka untuk memecahkan masalah pengangguran tersebut, penulis menawarkan beberapa soslusi dari beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor Pendidikan
Solusi yang ditawarkan dalam memecahkan masalah pengangguran yang disebabkan oleh faktor pendidikan adalah tidak hanya terfokus pada pendidikan formal, tetapi sebaiknya mengikuti pendidikan non-formal. Seperti kursusu-kursus keterampilan sehingga walaupun hanya tamatan pendidikan rendah seseorang mampu memiliki suatu keterampilan.
b. Faktor Ekonomi
Salah satu masalah pengangguran yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah dengan mengembangkan usaha wiraswasta dalam bentuk industri ringan ataupun usaha-usaha lainnya sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja atau penganggur. Hal ini akan menambah banyaknya lowongan pekerjaan atau kesempatan kerja. Di samping itu, bagi mereka yang terkena PHK, dengan keahlian yang dimiliki dan modal yang cukup dapat membuka usaha baru baik secara individu ataupun melakukan kerja sama.
c. Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologis, solusi yang ditawarkan sebaiknya adalah yang terpenting adanya kesadaran dalam diri pribadi masing-masing untuk bangkit dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga terhindar dari rasa minder dan rasa gengsi. Selain itu, dorongan dari keluarga merupakan salah satu yang dapat membangkitkan semangat diri.
d. Faktor Lingkungan
Solusia yang ditawarkan dalam faktor lingkungan adalah sebaiknya ada suatu kerjasama antar anggota masyarakat, peran RT, peran RW untuk mengadakan suatu program-program yang melibatkan masyarakat dalam mengisi kekosongan waktu bagi para penganggur untuk menjadi individu yang kreatif, untuk bisa menciptakan sesuatu yang positif dan bermanfaat. Misalnya program pelatihan keterampilan seperti menyablon, merajut, menjahir. Selain itu, terdapat solusi yang ditawarkan oleh Pemerintah Departeman Sosial kepada para penganggur untuk mengikuti pelatihan sosial selama delapan bulan. Seperti pelatihan kedisiplinan, mental, keterampilan dan berwiraswasta.
e. Faktor Sosial
Dalam faktor sosial solusi yang ditawarkan adalah berkaitan dengan interaksi dan komunikasi salah satunya mampu membuka diri, supel, ampu bekerjasama serta yang terpenting berjiwa sosial. Sehingga peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih mudah karena informasi yang masuk lebih cepat apalagi ditunjang dengan teknologi informasi saat ini yang semakin berkembang pesat.
Deskripsi Angket
Berdasarkan angket yang diisi oleh 20 orang responden, sebagian besar tingkat pendidikan dari penganggur di Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka adalah tamatan SMA sebanyak 65% dari 13 orang responden. Kemudian para penganggur di daerah tersebut sebagian besar belum berkeluarga jadi belum memiliki tanggungan keluarga dengan prosentase 70% dari 14 orang responden. Dalam pengalaman kerja yang dimiliki oleh para penganggur dikategorikan dalam jumlah besar dengan prosentase 85% dari 17 orang responden. Untuk usia penganggur di daerah tersebut masih tergolong usia produktif terlihat dari prosentase 100% dari 20 orang responden. Dan untuk penyebab pengangguran dikategorikan setengahnya disebabkan kurangnya lowongan pekerjaan dengan prosestase 53,33% dari 8 orang responden. Serta jenis pengangguran yang ada di daerah tersebut adalah dikategorikan sengahnya merupakan pencari kerja beberapa kali dengan prosentasi 46,67% dari 7 orang responden.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah mengkaji, menelaah, dan manganalisis masalah pengangguran di daerah Desa Palabuan, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka dapat disimpulkan bahwa masalah pengangguran marupakan masalah yang signifikan. Pengangguran yang ada di daerah tersebut dapat digolongkan kepada penganggur pencari kerja yang produktif beberapa kali sebanyak 46,67%. Mereka yang menganggur masih dalam usia yang produktif, rata-rata sekitar 18-25 tahun. Timbulnya pengangguran di daerah tersebut yaitu diakibatkan oleh faktor lowongan pekerjaan (53,33% dari hasil penghitungan angket) yang diakibatkan oleh faktor rendahnya pendidikan. Kebanyakan mereka mendapatkan pendidikan terakhir samapi SMA (65%). Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut melatarbelakangi timbulnya masalah pengangguran di daerah tersebut. Untuk penanggulangan masalah pengangguran sepertinya belum ada usaha yang signifikan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai penghambat hbaik yang dihadapi oleh pemerintah, masyarakat, maupun oleh penganggur itu sendiri.
Untuk itu, diperlukan partisipasi dari berbagai pihak baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun penganggur itu sendiri. Demi memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan pembangunan baik di masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
A Samuelson, Paul dan William D. Nordaus. (1994). Ekonomi Kedua Belas-Jilid I alih bahasa Jaka Wasana. Jakarta: Penerbil Erlangga.
J Moleong, Lexy. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Komaruddin. (1980). Persoalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.
Manning, C dan Effendi, T. N. (1985). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta: PT. Gramedia.
Rusli, S. (1983). Kepadatan Penduduka dan Peledakannya. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Papanek, Gustav F. (1980). Ekonomi Indonesia, alih bahasa Silvia Tiwon. Jakarta: PT. Gramedia.
Yayasan Kesejahteraan Keluarga Pemuda “66”. (1980). Tuna Karya/Pengangguran Indonesia Masalah Pengangguran. Jakarta: Yayasan Kesejarteraan Keluarga Pemuda “66”.
Yusuf, M. (1985). Pengaruh Timbal Balik antara Kependudukan dengan Berbagai Aspek Kehidupan Manusia. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar